TAHAN LAMA DAN RAMAH LINGKUNGAN: PENGGUNAAN CLOTH BAG DALAM RANGKA MENYELAMATKAN BUMI DARI TUMPUKAN SAMPAH PLASTIK
SHABRINA IZZATI ADLIAH
SMA NEGERI 10 SAMARINDA
SAMARINDA
Seperti yang kita tahu, dewasa ini kebutuhan manusia sudah semakin kompleks dan berkembang. Berbagai macam barang untuk kebutuhan sehari-hari sudah disediakan oleh alam, dan hal itu dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia sudah pandai mengelola hasil alam tersebut untuk dikumpulkan, dan didistribusikan untuk mengambil keuntungan.
Di zaman sekarang, sudah banyak ditemukan tempat penyaluran barang-barang di berbagai tempat. Mulai dari sebuah desa kecil yang hanya mempunyai pasar tradisional sebagai tempat pendistribusian barang, hingga megasupermarket modern yang banyak terdapat di pusat kota. Hal itu membuat manusia zaman sekarang lebih akrab dengan transaksi jual beli, alat penukaran, hingga alat pembungkus barang yang telah dibeli.
Baik itu di pedalaman maupun di pusat kota, tentu kita tak asing lagi dengan alat pembungkus barang-barang yang telah kita beli, yaitu kantung plastik, atau lebih dikenal dengan istilah kresek.
Kantung plastik ini sudah menjadi tradisi mendarah-daging dalam dunia jual beli. Dari dua jenis sampah, plastik sendiri dapat dimasukkan dalam golongan sampah non-organik. Sampah non-organik atau anorganik adalah sampah yang berasal dari sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui serta proses industri. Sampah anorganik memerlukan jangka waktu yang sangat lama untuk terurai, bahkan beberapa di antaranya tidak dapat diuraikan.[1] Jadi sebaiknya sampah anorganik ini di daur ulang kembali agar tak menjadi sampah yang memberati tugas alam untuk menguraikan sampah-sampah tersebut. Contoh lain dari sampah anorganik ini adalah kertas, karton, kaleng, kaca, stryrofoam, benda dari kulit, dan sebagainya.
Sedangkan jenis sampah lainnya adalah sampah organik, yaitu sampah yang berasal dari sisa-sisa tubuh makhluk hidup (hewan maupun tumbuhan). Sampah organik mudah diuraikan dengan proses alami dan berlangsung cepat. Contoh sampah organik yaitu sampah sisa dapur, daun-daunan, daging, sayur, buah, tepung, dan lain-lain.
Plastik sendiri dapat diartikan sebagai polimer bercabang atau linear yang dapat dilelehkan atau dilunakkan dengan menggunakan api atau suhu panas lainnya.[2] Pendapat lain mengatakan bahwa plastik adalah bahan yang mempunyai derajat kekristalan lebih rendah daripada serat, dan dapat dilunakkan atau dicetak pada suhu tinggi (suhu peralihan kacanya diatas suhu ruang), jika tidak banyak bersambung silang.[3]
Plastik merupakan bahan sintesis yang biasa disebut polimer. Polimer terdiri dari dua bentuk yakni polimer sintesis dan polimer alami. Contoh polimer alami yang biasa kita lihat seperti karet, ban kendaraan, kapas, wol, kayu, dan lain sebagainya. Sedangkan polimersintesis, salah satu contohnya dalah kantong plastik yang biasa kita gunakan untuk mengangkut barang belanjaan.[4]
Plastik menjadi primadona karena dianggap awet, kuat, dan ringan. Meski bersifat hampir sama dengan logam (awet dan kuat), logam dianggap terlalu berat dan mahal sehingga tidak digunakan. Akhirnya, hal itu yang membuat kebutuhan plastik di dunia semakin tinggi. Seperti yang telah disebutkan di atas, plastik sering dijadikan alternatif bahan untuk dibuat menjadi pengangkut barang belanjaan.
Tentu saja tiap harinya ada ribuan bahkan jutaan orang yang berbelanja. Itu berarti kemungkinan penggunaan plastik di seluruh dunia tiap harinya sangat banyak. Kebanyakan dari kita lantas membuang plastik bekas pengangkut barang belanjaan setelah mengeluarkan dan menyimpan semua barang yang kita beli tadinya, di sembarang tempat.
Namun tahukah anda, bahwa kantung plastik membutuhkan waktu yang sangat lama agar dapat diuraikan secara sempurna oleh tanah? Dibutuhkan waktu sekitar 10 hingga 12 tahun[5] agar kantung plastik dapat diuraikan tanah. Bahkan ada sumber yang menyatakan bahwa sampah kantung plastik baru bisa terurai dalam 10 hingga 20 tahun.[6]
Dari banyaknya jumlah masyarakat dunia, tidak dapat dibayangkan tepatnya berapa jumlah kantung plastik yang telah terpakai. Yang pasti, jumlah sampah plastik yang sangat besar itu juga berarti bahwa tugas alam untuk menguraikannya berat.
Sebenarnya sudah ditemukan jenis kantung plastik ramah lingkungan oxium (oxi-degradable) yang mudah terurai (biodegradable). Namun, plastik ini mengandung aditif seperti logam kobalt, mangan, atau besi yang membantu proses agar plastik lebih cepat menjadi potongan-potongan yang lebih kecil dengan bantuan panas atau sinar matahari, yang kemudian akan diuraikan oleh mikroba.[7]
Penggunaan logam dalam proses penguraian di tanah ini bisa menyebabkan pencemaran lingkungan tanah. Selain itu, ternyata waktu yang dibutuhkan untuk menguraikan kantung plastik jenis ini masih tergolong lama, yaitu sekitar dua tahun. Dan sebenarnya dalam jangka waktu selama ini nyatanya kantung plastik jenis ini belum benar-benar hancur.
Lagipula, selama masa penguraian partikel-partikel plastik akan mencemari tanah serta air tanah dan jika dibakar sampah plastik akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan makhluk hidup. Jika dalam proses pembakaran plastik tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin.
Dioksin dalam jumlah kecil dapat menimbulkan gangguan pada sistem reproduksi, sistem kekebalan, gangguan saraf dan gangguan hormon. Sedangkan dalam jumlah besar, zat ini bisa menimbulkan penyakit kanker.[8]
Namun kemudian ditemukan lagi jenis plastik lainnya yang lebih ramah lingkungan. Jenis plastik ini dikenal dengan sebutan bioplastik. Bahan dasar pembuatan bioplastik adalah sagu dan kelapa sawit dengan proses pembuatannya menggunakan bakteri buatan perekayasa dari Institut Pertanian Bogor, Khaswar Syamsu yang justru diimpor dari Jepang. Bakteri ini bernama Ralstonia eutropha. Alternatif bahan baku bioplastik lainnya juga menggunakan bakteri impor dari Jepang, bernama Poly Hydrozxyalkanoates. Plastik dari jenis ini bisa hancur dalam waktu yang relatif singkat, yakni 80 hari.[9]
Namun, penggunaan bioplastik masih jarang ditemukan, karena harga untuk memproduksi bioplastik masih tergolong mahal. Dibandingkan dengan harga 1 kg biji plastik yang hanya membutuhkan US$ 1, tentu saja berbeda jauh dengan polimer bioplastik yang berharga US$ 17 per kilonya.
Daripada repot-repot memikirkan biaya produksi bioplastik yang ramah lingkungan tapi mahal, kita sebenarnya masih bisa melakukan tindakan Reduce (mengurangi), Reuse (memakai kembali), and Recycle (mendaur ulang) atau yang biasa dikenal dengan singkatan 3R. Mendaur ulang sampah kantung plastik agar menjadi barang yang bermanfaat, misalnya dalam bentuk kerajinan tangan, alat rumah tangga sederhana, atau bahkan sebagai bahan dasar suatu karya seni adalah cara yang cukup ampuh dan efisien untuk mengurangi jumlah sampah kantung plastik di dunia ini.
Tentu saja ada hal lain yang masih dapat kita lakukan untuk menyelamatkan bumi dari julukan “Istana Sampah Plastik” selain menggalakkan kegiatan 3R yang disebutkan di atas.
Melirik kebiasaan negara-negara luar seperi Amerika, Jepang, Kanada, Jerman, dan lain-lain yang menggunakan paper bag atau tas yang terbuat dari kertas, cukup dapat dijadikan motivasi untuk mengurangi penggunaan plastik sebagai pembungkus barang belanjaan. Harganya yang terjangkau bagi segala kalangan sekalipun membuat setiap orang di dunia mudah mendapatkannya.
Menurut Kamus Istilah Periklanan Indonesia, paper bag adalah tas atau wadah yang terbuat dari bahan kertas yang meliputi seluruh bentuk fisik tersebut. Misalnya desain, bentuk, warna, ukuran, label dan materi yang digunakan.[10]
Jenis bahan dasar kertas yang biasa digunakan untuk membuat paper bag adalah kertas kraft putih, kraft coklat, BC, Ivory, dan Samson. Kualitas bahan paper bag tersebut memiliki keunggulannya masing-masing sesuai dengan yang kita inginkan.[11]
Penggunaan paper bag lebih baik dan lebih ramah lingkungan daripada penggunaan kantung plastik. Alasannya karena bahan dasar pembuat paper bag adalah kayu dari hutan, yang juga biasa digunakan untuk membuat kertas biasa sebagai buku dan lain sebagainya. Sehingga, paper bag lebih mudah diuraikan oleh alam karena jika dibuang di tanah, misalnya. Itu berarti sama saja dengan mengembalikannya ke tempat asal ia dibuat, yaitu batang kayu pohon. Namun tentu saja demi menjaga kelestarian alam, kita tetap tak boleh membuang sampah, walaupun itu paper bag, di sembarang tempat.
Untuk sesaat, paper bag dianggap sebagai pemecah solusi paling ideal bagi kelestarian bumi dari sampah-sampah plastik. Namun ternyata paper bag juga memiliki beberapa kelemahan.
Disamping kemudahannya untuk didapatkan dan segi kepraktisannya dalam penggunaan karena tidak memakan banyak tempat untuk menyimpannya dan ringan, ternyata paper bag tidak sepenuhnya efektif karena mudah robek dan tidak tahan air.
Selain itu, seperti yang kita tahu, bahan dasar pembuatan kertas lebih banyak menggunakan pulp yang berasal dari bahan baku kayu. Kayu-kayu ini didapatkan dari hutan, dan memerlukan batang-batang kayu yang tidak sedikit untuk memproduksi kertas yang nantinya akan dibuat menjadi tas.
Alternatif lain yang patut dicoba selain menggunakan plastik dan paper bag sebagai alat pembungkus belanjaan yaitu menggunakan cloth bag atau tas kain. Tas kain adalah tas yang seluruh struktur pembangun tas itu terbuat dari kain. Tas kain ini bersifat ringan, kuat, mudah disimpan dan dibawa serta ramah lingkungan.
Berbeda dengan plastik dan paper bag yang mudah jebol apabila membawa barang yang terlalu berat, cloth bag yang dapat dipakai untuk membawa barang belanjaan mempunyai struktur yang lebih kuat. Sehingga, satu cloth bag bisa dipakai berulang-ulang dalam jangka waktu yang cukup lama.
Bandingkan saja penggunaan kantung plastik, paper bag, dan tas kain. Memang ketiga alat yang biasa digunakan sebagai pengangkut barang tersebut memiliki beberapa kelebihan yang sama. Di antaranya sama-sama bersifat ringan dan kuat. Tapi dilihat dari segi proses penguraiannya di tanah, tentu saja berbeda.
Kantung plastik, seperti yang sudah dijelaskan di atas sangat sulit untuk diuraikan. Dibutuhkan jangka waktu yang sangat lama untuk menguraikannya. Sedangkan paper bag, meski lebih mudah diuraikan oleh alam, tapi bahan dasar untuk memproduksinya membutuhkan banyak kayu dari hutan. Itu berarti dibutuhkan batang kayu yang sangat banyak, hanya untuk membuat paper bag. Sehingga pada akhirnya semakin banyak pohon-pohon di hutan yang ditebang, hanya untuk membuat alat ramah lingkungan yang biasa digunakan sebagai pengangkut barang belanjaan.
Untuk itu, cloth bag yang dapat digunakan berkali-kali serta lebih ramah lingkungan saat ini dianggap sebagai salah satu solusi pemecahan masalah sampah anorganik di dunia. Jika anda lebih peduli pada lingkungan, cobalah menggunakan cloth bag mulai dari sekarang. Tidak ada salahnya mencoba sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi alam ini.
***
[1] Hardiana, Indra Cahya, Lama Penguraian Sampah dan Jenis-Jenis Sampah,
http://shevceba.blogspot.com, 5 April 2013, 22.09 wita
[2] ____, Plastik, Pengertian, Sejarah, Jenis dan Istilah serta Kegunaannya,
http://persaudaraansejati.blogspot.com, 5 April 2013, 21.37 wita
[3] Ratna, Definisi Plastik, http://www.chem-is-try.org, 5 April 2013, 21.40 wita
[4] Riau Pos, Ajak Gunakan Cloth Bag, http://riaupos-forus.blogspot.com, 5 April 2013, 21.47 wita
[5] Hardiana, Indra Cahya, Lama Penguraian Sampah dan Jenis-Jenis Sampah,
http://shevceba.blogspot.com, 5 April 2013, 22.03 wita
[6] ____, Berapa Lama Sampah Akan Terurai?, http://aircikijing.wordpress.com, 6 April 2013, 8.03 wita
[7] OmCan, Plastik Ramah Lingkungan Yang Cepat Terurai, http://kidsgen.blogspot.com, 5 April 2013, 23.00 wita
[8] Arinta, Dilla, Say No To Paper and Plastic Bags, Use Cloth Bags!, http://dillarinta.blogspot.com, 6 April
2013, 16.35 wita
[9] Ibid
[10] Sutadi, Paper Bag Corporate, http://arenataskertas.blogspot.com, 6 April 2013, 8.11 wita
[11] ____, Macam dan Jenis Paperbag, http://arenataskertas.com, 6 April 2013, 16.28
0 komentar :
Posting Komentar