PERINGATAN!
Apa yang ditulis pada paragraf selanjutnya bukanlah suatu ceramah. Tulisan ini sebatas kata-kata absurd dari seorang remaja yang bingung mencari rangkaian kalimat motivasi untuk dirinya sendiri. Ini hanya sindiran untuk diri sendiri.
Maka dari itu, apabila ada kata-kata yang kurang pantas dan kurang bisa dimengerti, mohon dimaafkan. Terima kasih, dan silahkan membaca.
…di sini aku berperan sebagai kalian, dan kalian sebagai aku…
…kami, adalah aku dan kalian…
…dan kamu adalah kamu, subjek penilai…
…dan mereka, adalah mereka, yang tak memiliki relasi dengan semua ini…
Selamat malam,
manusia! Apa yang ada di pikiranmu saat ini?
Jawabannya
harus: “Hai. Hanya melihat aku bahagia, dan melihat kalian sengsara.”
Benar yang kau
katakan. Kami melakukan seperti yang kau gambarkan, seraya saling bertukar
nasib yang tak seberapa berpengaruh. Kami semua sama-sama tenggelam di dalam black hole buatan “kami” di angkasa nun
gelap di sana.
Kami terputar
dan terisap dalam roda pekat tanpa kami sadari, setiap waktu. Dalam hitungan
detik yang pelan, maupun cepat. Memori yang seindah surga-Nya dan yang seburuk
neraka-Nya menjadi satu dalam kepekatan abu kelam, yang terjalin oleh benang
merah takdir mutlak milik sang tuhan dalam suatu ruang hampa yang
dikehendaki-Nya: black hole “kami”.
Satu jalur yang menentukan ujung dari “ketersesatan” kami di masa depan kelak,
adalah jalan serong yang akan kami tempuh sekarang.
Jalur itu bernama ego.
Semua
sama-sama tahu. Aku memilih duduk sambil mengamati peluang takdir. Sesekali
sambil menegur diri sendiri dalam langkah pendek dan pelanku, karena kaki yang
pincang sebelah. Berjalanlah aku di jalan yang membutakan itu.
Sedangkan
kalian. Semua sama-sama tahu pula. Kalian terlalu sibuk mencari pelita. Kalian
juga sibuk mencari bata kokoh dari berlian dan oksigen untuk membuat api, yang
akan kalian gunakan untuk membuat jalan yang terang. Dan berbanggalah kalian,
dengan prestasi yang belum kalian mulai.
Menyedihkan,
itu pikir kalian sendiri. Kalian akan senantiasa bertanya dengan hasil akhir apa
yang kalian dapat. Kemudian barangkali, kalian akan “sekedar tersenyum”? Saat
mendapati pada akhirnya jalan bertahta berlian kalian telah hancur terlebih
dahulu karena oksigen telah membunuhnya perlahan-lahan, dalam tarian api yang
mengesankan di tepi black hole.
Itulah
karakter.
Semua manusia
di bumi ini adalah tokoh asing ciptaan tuhan yang punya jalan pikiran dan
karakternya sendiri. Dari satu hingga sepuluh, mungkin 5 cukup menjadi
indikator penyama dari sesuatu yang lahiriah milik aku dan kalian. Namun tidak
dengan yang bersifat batiniah. Itu bernilai 0 (kosong).
Untuk sekadar
informasi, semua tipe karakteristik yang dicampurkan ke dalam konsep kelahiran
dan kebatinan itu akan menuntun kami pada satu takdir. Kami tahu itu. Tapi
terkadang kami mengabaikan apa yang akan terjadi selanjutnya, setelah kami
memikirkan tindakan kami selang beberapa waktu lalu untuk saling memengaruhi.
Pada akhirnya
kami semua kalah. Benarkah?
Salah. Aku sedikit lebih unggul daripada kalian.
Apa yang ada
di pikiranmu saat ini? Melihat kalian merasa
sedih, dan melihat aku merasa senang?
Jawabannya
mungkin: “Tak ada yang benar-benar mengerti apa yang dimaksud dengan membutakan
dan terbutakan. Karena mata adalah tukang tipu.”
Itu benar. Hanya
karena sekumpulan karakter tergabung dalam satu tokoh imajinatif, mencoba
menemukan jalan keluarnya sendiri. Kami hanya pura-pura mengerti. Ikatan yang
tercipta, menciptakan sisi gelap dunia lain untuk kami tempati bersama, yang
seharusnya bisa tidak kami tempati.
Yang merasa
bahagia, yang merasa sedih, pada akhirnya akan terlihat sisi lainnya. Semua hal
memiliki resolusi, meski kami sebenarnya tak mampu melihat jelas konflik semu
itu di dalam black hole ilusi kami.
Namun kami
terbantu dengan adanya satu refleksi: cermin.
Apa yang ada
di pikiranmu saat ini?
Jawabannya: …
sumber gambar: redorbit.com
0 komentar :
Posting Komentar