Kunjungi Juga Klub Sastra Kami

SASTRA MEDUSA

Rabu, 25 Desember 2013

Konsep Waktu Dan Ragam Manfaatnya Bagi Umat Manusia

oleh Shabrina Izzati Adliah

Hidup tidak pernah lepas dari sesuatu yang terus berjalan, bernama waktu. Entah ia diinginkan, entah tidak. Pula, entah ia dihargai, entah tidak. Waktu akan terus eksis hingga dunia ini berakhir, tanpa bisa diabaikan keberadaannya sama sekali. Waktu, terkesan begitu kompleks karenanya sehingga memiliki makna ganda, majemuk, atau bahkan ambigu.

Tapi, waktu itu sebenarnya apa?

Tentunya pertanyaan ini menggantung di benak banyak orang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung.

(gambar: maramissetiawan.wordpress.com)


Menurut Sir Isaac Newton, waktu tidak mengacu pada apapun melalui “wadah” terhadap suatu peristiwa dan benda-benda yang “bergerak melalui”, atau untuk setiap entitas yang “mengalir”, tapi bukan bagian dari struktur dasar intelektual (bersama-sama dengan ruang dan nomor atau angka). Pendapat lain menyatakan bahwa waktu merupakan suatu dimensi di mana terjadi peristiwa yang dapat dialami dari masa lalu melalui masa kini ke masa depan, dan juga ukuran durasi kejadian dan interval.

Dalam banyak bidang ilmu, waktu juga memiliki pengertiannya sendiri-sendiri. Misalnya dalam ilmu fisika, waktu didefinisikan sebagai salah satu dari tujuh besaran fisika fundamental dalam satuan Sistem Internasional.

Sedangkan menurut saya, waktu sendiri tidak memiliki makna konstan, tidak memiliki ukuran tetap (meski terkadang dimiliki), namun memiliki satuan dan menempati posisi penting di dunia ini. Waktu adalah suatu bentuk “tak berwujud” dalam keuniversalan dunia ini. Ia ada, juga tiada.

Ia ada, sebab kehadirannya dibutuhkan guna membatasi dimensi ruang yang disebut “kenyataan” atau “kegaiban”. Juga, untuk membatasi memori yang “kini” dan “lampau”. Inilah yang menyebabkan waktu dapat menempati posisinya sendiri, posisi tunggal yang penting dalam kehidupan seluruh makhluk di dunia ini. Jika tidak ada suatu sistem yang bernama waktu, rangkaian kejadian tidak akan berjalan secara sistematis. Atau, dunia ini menjadi tidak punya pembatas telah “seberapa lama” dan “berapa kali ulang” mereka telah melakukan hal yang sama.

Namun kehadiran waktu kerap tidak diinginkan, sehingga sering dianggap tiada. Oleh para manusia yang lemah posisinya, baik dalam dimensi ruang maupun memori. Manusia-manusia ini kerap mengharap dirinya bisa diabsenkan: alpa, dari sesuatu itu yang tak pernah mau berhenti berputar, yang terus merangkak dan seolah menertawai diri serta nasib mereka.

Apa yang menyebabkan hal tesebut?

Kebanyakan dari mereka menganggap waktu adalah hal yang mengganggu karena mereka tak dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Mereka terlalu sibuk melindungi diri dengan perisai yang tersusun dari berbagai kalimat alasan untuk menunda melakukan sesuatu. Meski mereka tahu bahwa pada akhirnya, perisai yang mereka buat tetap akan hancur ditembus oleh waktu yang akan terus merangsek maju. Waktu memiliki mata pedang yang tajam, benarlah kalimat ini. Seolah-olah, mereka tak membutuhkan satu sistem khusus yang “mengikat” mereka.

Dalam pandangan ini, masuk akal jika waktu dikatakan tidak memiliki ukuran tetap. Tepatnya, waktu tidak dapat diukur dalam hitungan matematis. Semua berjalan saja, tanpa ada yang peduli akan makna waktu itu sendiri. Keabstrakan yang diciptakan pola pikir manusia dalam golongan di atas mengenai waktu menyebabkan waktu kehilangan nilai reliabel-nya dalam semesta ini. Sederhananya, tiap orang punya pikiran sendiri mengenai makna waktu. Namun kenyataannya, mereka bahkan tak mengerti apa itu sebenarnya waktu karena tidak menghargainya.

Berbeda dengan mereka yang optimis terhadap hidupnya dan bisa memanajemen waktu dengan baik. Mereka berusaha mengabaikan alasan demi alasan yang membuat mereka mundur dari percepatan dan kedinamisan kerja mereka sehingga waktu dapat digunakan secara ringkas dan efektif. Mereka sadar bahwa mereka senantiasa berada di bawah kuasa waktu, selain kuasa tuhan tentunya.

Jika ditilik dari perspektif orang yang menganggap bahwa waktu itu real, dapat dikatakan bahwa waktu memiliki satu similaritas. Karena ia ada dan tentunya berhubungan dengan hal lainnya akibat konsep “menghargai waktu” yang mereka terapkan.

Adalah satuan waktu, merupakan hal sederhana yang menyatukan “ukuran waktu” yang dimaksud di sini. Ia membuat suatu bentuk “tak berwujud” yang acak (abstrak) ini berada di atas papan realita. Yang barangkali dapat membuat orang-orang yang belum sadar, menjadi sadar. Dan yang telah sadar, menjadi lebih mengerti. Pun yang telah mengerti, menjadi lebih yakin akan konsep waktu tersebut.

Jika dirangkum menurut pandangan dua golongan yang berbeda tadi, akan didapat pengertian waktu kira-kira seperti ini:

“Waktu adalah satu wujud abstrak absolut, yang, suka tidak suka, membatasi dimensi ruang dan memori.” Kata pengagung (yang menghargai) waktu. Atau…

“Waktu adalah satu wujud abstrak, yang tak pernah membuat kita rela melepas sesuatu, yang tak pernah berhenti membatasi kita, selama kita tidak memiliki kepercayaan diri.” Kata yang berlawanan. Entah ia pembenci, atau pengagung waktu yang tak mau mengakui nilai mutlak yang dimiliki waktu.

Mari abaikan semua penjelasan mengenai waktu di atas.

Yang terpenting sekarang bukan memahami makna waktu yang sebenarnya. Cukup memahami konsep, bahwa waktu itu ada dan akan terus berputar hingga dunia ini berakhir. Dengan begitu manusia dapat menggunakan akal pikirannya untuk mencari dan memenangkan fungsi waktu atas dirinya.

Tentunya, waktu memiliki banyak manfaat bagi seluruh makhluk di dunia ini. tumbuhan memerlukan waktu yang rela menunggunya bertumbuh. Sehingga memberi manfaat berupa bunga dan buah dan bahan dasar papan. Hewan juga sama, dengan terlewatinya waktu demi waktu, mereka bisa berkembangbiak yang hasilnya dapat manusia gunakan sebagai bahan pangan.

Disadari atau tidak, waktu sendiri memiliki banyak fungsi. Di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Waktu dapat menjadi bahan renungan bagi umat manusia yang sudah maupun yang belum menyadari makna waktu yang sesungguhnya. Manusia, utamanya yang memiliki banyak dosa akan merasakan rasa bersalah apabila ia diberi sedikit dorongan dan waktu luang yang cukup lama. Perlahan-lahan ia akan menyesali perbuatannya di masa lampau, dan kembali pada jalan yang benar. Hal ini juga dapat menyebabkan ia menjadi lebih dekat kepada tuhannya. Ia menjadi sadar bahwa tiap detik yang ia lewati akan semakin mendekatkannya pada kematian. Juga, dengan merenung, ia menjadi sadar bahwa waktu yang ia miliki tidak kekal. Yang kekal di semesta ini hanyalah milik-Nya seorang.

2. Pencegah penyesalan dan kekacauan di masa mendatang juga salah satu manfaat yang dimiliki waktu apabila umat manusia menyadarinya. Dengan memahami kenyataan bahwa waktu tak pernah berhenti berjalan, mau tidak mau manusia harus melakukan sesuatu yang berguna untuk diri dan sekitarnya di masa sekarang. Apabila waktu sekarang disia-siakan, hanya digunakan untuk bermalas-malasan, maka apalah arti waktu? Keadaan seperti ini tidak bisa mengubah masa depan menjadi lebih baik, sehingga nantinya hanya timbul rasa menyesal dan kekacauan ritme hidup orang tersebut.

3. “Mengarsip” memori dalam periode-periode waktu adalah satu hal mutlak yang menjadi “kewajiban” waktu. Antar satu peristiwa dengan peristiwa lainnya akan lebih mudah diingat apabila ada “sekat” yang membatasinya. Jika tidak ada yang “mengarsip” memori menjadi bagian-bagian tertentu, memori manusia akan tercerai-berai dan tidak kronologis sehingga menyulitkan untuk mengingat kembali suatu kenangan. Kenangan, yang merupakan peristiwa di masa lalu akan menjadi lebih mudah diketahui kapan ia terjadi apabila tedapat “sekat”, dan itu merupakan hal baik. Karena kenangan adalah hal yang dapat membangkitkan rasa bahagia, sedih, suka, duka dan berbagai perasaan lainnya yang dapat digunakan sebagai sebatas “momen lampau”, atau untuk memperbaiki perilaku di masa mendatang. Manusia juga bisa menjadi lebih mengerti posisinya yang sekarang dan dapat move on dari masa lalu.

4. Menyehatkan kondisi fisik dan psikologis juga dapat menjadi fungsi dari eksisnya waktu. Dengan menyadari mekanisme waktu yang bisa berlaku “seolah berjalan sangat cepat”, manusia bisa sadar tak ada gunanya ia menghabiskan waktunya hanya untuk tidur, makan, dan bermain. Manusia akan lebih tergerak untuk melakukan suatu aktivitas yang disenanginya. Misalnya berolahraga, menulis, melukis, travelling, memasak, dan lain sebagainya. Selain itu, manusia bisa tergerak untuk lebih sering bersosialisasi, melakukan hal di luar rumah bersama-sama dibanding terus-menerus berada di dekat laptop atau kasur, misalnya. Selain menjadi suatu investasi untuk masa depan, melakukan kegiatan berguna seperti di atas juga tentu dapat meningkatkan kondisi fisik dan psikologis. Tubuh tetap sehat, pikiran tetap prima seiring dengan waktu yang berjalan menuju tua.

Waktu memang memiliki banyak makna, dan barangkali hal itu memusingkan makhluk hidup yang hidup terikat padanya. Namun, hanya perlu satu konsep untuk dapat memahami dan menghargai waktu.  Perilaku menghargai waktu yang dicontohkan di atasnya hanya sebagian kecil contoh yang dapat diberikan. Masih ada banyak cara menghargai waktu dengan jalan memanfaatkan sebaik-baiknya di dunia ini, tergantung bagaimana persepsi orang masing-masing.

Apabila umat manusia sudah melakukan keduanya (memahami dan menghargai waktu), niscaya hidup manusia bisa menjadi lebih berarti dan berguna.

Ingatlah, waktu tidak pernah berhenti berputar hingga hari akhir nanti.

0 komentar :

Posting Komentar


 
Copyright (c) 2010 open your eyes to this big world... . Design by WPThemes Expert

Blogger Templates and RegistryBooster .