Kunjungi Juga Klub Sastra Kami

SASTRA MEDUSA

Selasa, 15 November 2011

Kasih yang Pudar (SIA)


Lihatlah batas-batas cakrawala
Mereka menggelap
Menyambut angin dingin membuai kapas di langit
Dingin, riuh keramaian
Menjadi latar belakang kesendirianku
Kesepianku
Kesedihanku
Bagai laut yang tak lagi mengandung buih
Bagai semut kehilangan pasir lembapnya
Layaknya kasih sayang yang kumiliki
Sudah tak lengkap seperti dulu
Sudah tiada tempat untuk berteduh
Aku memaklumi langit menangis kini, bersimpati
Namun aku tak bisa memaafkan keriuhan dunia
Kekejaman manusia
Yang tak peduli pada apapun selain raga masing-masing
Tak peduli dengan kesusahan
Orang kecil sepertiku

Selasa, 22 Maret 2011

Pagi (SIA)

Langit hitam
Masih menaungi dinginnya malam
Nyanyian alam semakin menyepi
Rembulan tersenyum lambaikan tangannya
Jauh pergi bawa titik-titik cahaya
Di langit
Mentari muncul malu-malu
Pudarkan pekat di langit
Kini ia menyapa bumi dengan sinarnya
Hangat
Ku tersenyum
Ia tlah tiba

Malam dan Pagi (SIA)

Sunyi malam perlahan mengagungkan malamnya
Tiada cahaya mentari lagi yang mampu menghalaunya
Sesaat setelah langit jingga memudar
Berganti biru tua nan luas tanpa batas
Kesenyapan perlahan menyelimuti
Yang perlahan tlah digusur olehnya
Bermandikan nyanyian binatang malam
Kegelapan, kepekatan
Perlahan terusik oleh hadirnya rembulan
Yang menetaskan bintik-bintik cahaya
Kunang-kunang
Angin pun berebut
Saling berkejaran tanpa tujuan
Detik-detik berlalu lambat
Berganti perlahan demi perlahan
Mengiringi lintasan angin dingin
Menyeret paksa lautan awan
Menyurutkan terang rembulan
Pun sang angin seolah enggan menampakkan cahaya bulan kembali
Bulan yang sedang penuh
Berusaha agar tetap dapat menduduki singgasananya
Maka ia semakin terang memaparkan cahayanya
Yang akhirnya angin pun terpaksa mengalah
Kembali menyeret awan
Duduk di hadapan muka bulan
Malam itu kembali senyap
Dengan corak langit biru yang semakin menua
Mengiringi detik-detik waktu
Hingga langit jingga kembali menampakkan dirinya
Dan sang mentari berganti dengan sang bulan
Menduduki singgasana maha luasnya
Di langit yang perlahan membiru muda itu..

Dunia Yang Terjamah (SIA)

Desir pasir sapukan alam
Lapisi batu teronggok sepi
Payungi daun hijau berseri
Tutupi sarang kawanan semut
Tanah subur nan lebat
Tlah ternoda jamahan manusia
Dunia hijau kini termakan
Ketamakan rasa manusia
Tidakkah kalian sadar
Gemerlap mewah bangunan kau miliki
Terbungkus oleh dunia kegersangan
Saksi kerakusanmu
Terhadap dunia ini
Buka mata batinmu
Tunjukkan kepedulianmu
Terhadap dunia luar
Dunia hijau yang tersisa
Menanti belas kasihmu
Di alam-Nya ini

 
Copyright (c) 2010 open your eyes to this big world... . Design by WPThemes Expert

Blogger Templates and RegistryBooster .