Senin, 09 April 2012
Jumat, 20 Januari 2012
SAMARINDAKU KOTA PARIWISATA
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Samarinda adalah salah satu kota di provinsi Kalimantan Timur, yang juga merangkap sebagai ibukota provinsi tersebut. Kota ini dijuluki Kota Tepian yang juga merupakan singkatan, yaitu Teduh, Rapi, Aman, dan Nyaman. Kota ini mempunyai maskot ikan pesut. Dipilihnya ikan pesut sebagai lambang kota Samarinda bukan tanpa alasan, namun karena dahulu terdapat banyak ikan pesut di sungai, meskipun sekarang sudah semakin langka. Sungai Mahakam adalah sungai terpanjang di Kalimantan Timur yang mengaliri kota Tepian.
Samarinda memiliki beberapa lokasi wisata. Salah satu contohnya adalah wisata Air Terjun Tanah Merah. Selain itu ada juga Kebun Raya Samarinda yang berada di wilayah Lempake. Ada juga beberapa tempat berlibur berupa kolam renang. Beberapa contohnya yaitu Lipan Hill swimming pool di Samarinda seberang, kolam renang di perumahan Sempaja, kolam renang di GOR Segiri, kolam renang di Salma Shofa, di wilayah Mugirejo.
Ada satu tempat yang menjadi daya tarik tersendiri bagi warga dari luar kota maupun warga kota ini sendiri. Tempat itu adalah Masjid Islamic Center. Tempat umat Islam beribadah ini telah menjadi ikon kota Samarinda, sekaligus sebagai masjid termegah di Asia Tenggara. Masjid terletak di dekat jembatan Mahakam.
Di dekat Masjid Islamic Center terdapat deretan toko yang menjual amplang, salah satu makanan khas Kota Tepian. Amplang adalah salah satu makanan tradisional khas perairan Sungai Mahakam, dari Samarinda, Kalimantan Timur. Merupakan sejenis krupuk yang terbuat dari campuran tepung tapioka, bumbu rempah, dan ikan pipih/belida atau ikan tenggiri. Amplang khas Samarinda biasanya berbentuk kuku macan, dinamakan kuku macan karena membentuk lancip di kedua ujungnya. Selain itu ada juga amplang yang berbentuk pipih panjang.
Beginilah kota Samarinda ini, memiliki cukup banyak lokasi untuk berwisata, juga makanan khasnya. Semoga apa yang telah ada di kota ini bisa dijaga dengan baik, dan bisa lebih maju lagi, seiring dengan bertambahnya umur kota Samarinda yang ke 344 dan HUT Pemkot Samarinda ke 52 tahun, tanggal 21 Januari 2012 hari ini.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Nama : Shabrina Izzati Adliah
Sekolah : SMP Negeri 2 Samarinda
Sekolah : SMP Negeri 2 Samarinda
Selasa, 15 November 2011
Kasih yang Pudar (SIA)
Lihatlah batas-batas cakrawala
Mereka menggelap
Menyambut angin dingin membuai kapas di langit
Dingin, riuh keramaian
Menjadi latar belakang kesendirianku
Kesepianku
Kesedihanku
Bagai laut yang tak lagi mengandung buih
Bagai semut kehilangan pasir lembapnya
Layaknya kasih sayang yang kumiliki
Sudah tak lengkap seperti dulu
Sudah tiada tempat untuk berteduh
Aku memaklumi langit menangis kini, bersimpati
Namun aku tak bisa memaafkan keriuhan dunia
Kekejaman manusia
Yang tak peduli pada apapun selain raga masing-masing
Tak peduli dengan kesusahan
Orang kecil sepertiku
Selasa, 22 Maret 2011
Pagi (SIA)
Langit hitam
Masih menaungi dinginnya malam
Nyanyian alam semakin menyepi
Rembulan tersenyum lambaikan tangannya
Jauh pergi bawa titik-titik cahaya
Di langit
Mentari muncul malu-malu
Pudarkan pekat di langit
Kini ia menyapa bumi dengan sinarnya
Hangat
Ku tersenyum
Ia tlah tiba
Masih menaungi dinginnya malam
Nyanyian alam semakin menyepi
Rembulan tersenyum lambaikan tangannya
Jauh pergi bawa titik-titik cahaya
Di langit
Mentari muncul malu-malu
Pudarkan pekat di langit
Kini ia menyapa bumi dengan sinarnya
Hangat
Ku tersenyum
Ia tlah tiba
Malam dan Pagi (SIA)
Sunyi malam perlahan mengagungkan malamnya
Tiada cahaya mentari lagi yang mampu menghalaunya
Sesaat setelah langit jingga memudar
Berganti biru tua nan luas tanpa batas
Kesenyapan perlahan menyelimuti
Yang perlahan tlah digusur olehnya
Bermandikan nyanyian binatang malam
Kegelapan, kepekatan
Perlahan terusik oleh hadirnya rembulan
Yang menetaskan bintik-bintik cahaya
Kunang-kunang
Angin pun berebut
Saling berkejaran tanpa tujuan
Detik-detik berlalu lambat
Berganti perlahan demi perlahan
Mengiringi lintasan angin dingin
Menyeret paksa lautan awan
Menyurutkan terang rembulan
Pun sang angin seolah enggan menampakkan cahaya bulan kembali
Bulan yang sedang penuh
Berusaha agar tetap dapat menduduki singgasananya
Maka ia semakin terang memaparkan cahayanya
Yang akhirnya angin pun terpaksa mengalah
Kembali menyeret awan
Duduk di hadapan muka bulan
Malam itu kembali senyap
Dengan corak langit biru yang semakin menua
Mengiringi detik-detik waktu
Hingga langit jingga kembali menampakkan dirinya
Dan sang mentari berganti dengan sang bulan
Menduduki singgasana maha luasnya
Di langit yang perlahan membiru muda itu..
Tiada cahaya mentari lagi yang mampu menghalaunya
Sesaat setelah langit jingga memudar
Berganti biru tua nan luas tanpa batas
Kesenyapan perlahan menyelimuti
Yang perlahan tlah digusur olehnya
Bermandikan nyanyian binatang malam
Kegelapan, kepekatan
Perlahan terusik oleh hadirnya rembulan
Yang menetaskan bintik-bintik cahaya
Kunang-kunang
Angin pun berebut
Saling berkejaran tanpa tujuan
Detik-detik berlalu lambat
Berganti perlahan demi perlahan
Mengiringi lintasan angin dingin
Menyeret paksa lautan awan
Menyurutkan terang rembulan
Pun sang angin seolah enggan menampakkan cahaya bulan kembali
Bulan yang sedang penuh
Berusaha agar tetap dapat menduduki singgasananya
Maka ia semakin terang memaparkan cahayanya
Yang akhirnya angin pun terpaksa mengalah
Kembali menyeret awan
Duduk di hadapan muka bulan
Malam itu kembali senyap
Dengan corak langit biru yang semakin menua
Mengiringi detik-detik waktu
Hingga langit jingga kembali menampakkan dirinya
Dan sang mentari berganti dengan sang bulan
Menduduki singgasana maha luasnya
Di langit yang perlahan membiru muda itu..
Dunia Yang Terjamah (SIA)
Desir pasir sapukan alam
Lapisi batu teronggok sepi
Payungi daun hijau berseri
Tutupi sarang kawanan semut
Tanah subur nan lebat
Tlah ternoda jamahan manusia
Dunia hijau kini termakan
Ketamakan rasa manusia
Tidakkah kalian sadar
Gemerlap mewah bangunan kau miliki
Terbungkus oleh dunia kegersangan
Saksi kerakusanmu
Terhadap dunia ini
Buka mata batinmu
Tunjukkan kepedulianmu
Terhadap dunia luar
Dunia hijau yang tersisa
Menanti belas kasihmu
Di alam-Nya ini
Lapisi batu teronggok sepi
Payungi daun hijau berseri
Tutupi sarang kawanan semut
Tanah subur nan lebat
Tlah ternoda jamahan manusia
Dunia hijau kini termakan
Ketamakan rasa manusia
Tidakkah kalian sadar
Gemerlap mewah bangunan kau miliki
Terbungkus oleh dunia kegersangan
Saksi kerakusanmu
Terhadap dunia ini
Buka mata batinmu
Tunjukkan kepedulianmu
Terhadap dunia luar
Dunia hijau yang tersisa
Menanti belas kasihmu
Di alam-Nya ini